BAB I
KERAJAAN- KERAJAAN HINDU-BUDDHA DAN ISLAM
DI NUSANTARA
I.
Asal
-Usul Agama Hindu-Buddha di Indonesia
1.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang
di India pada ± tahun 1500 SM.
Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda
terdiri
atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
- Reg
Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
- Sama
Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur
Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa
Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda,
umat Hindu juga memiliki kitab
suci lainnya yaitu:
- Kitab
Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab
Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut
polytheisme (menyembah banyak
dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
- Dewa
Brahmana, sebagai dewa pencipta.
- Dewa
Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa
Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti,
ada pula dewa yang banyak dipuja
yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian,
serta Dewa
Agni (api) yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan.
Menurut
agama Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang
disebut
Caturwarna yaitu:
- Kasta
Brahmana, terdiri dari para pendeta.
- Kasta
Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta
Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta
Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut
terdapat pula golongan pharia
atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah melanggar
aturan-aturan
kasta.
Orang-orang Hindu
memilih tempat yang dianggap suci misalnya, Benares
sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa serta Sungai Gangga yang airnya
dapat
mensucikan dosa umat Hindu, sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
2. Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha
yaitu Tripittaka artinya “Tiga
Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang dimaksud dengan
Tiga
Keranjang adalah:
- Winayapittaka
: Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh
umat
Buddha.
- Sutrantapittaka
: Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka
: Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib
melaksanakan Tri Dharma atau
“Tiga Kebaktian” yaitu:
- Buddha
yaitu berbakti kepada Buddha.
- Dharma
yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga
yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang
dapat mencapai nirwana harus
mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:
- Pandangan
yang benar.
- Niat
yang benar.
- Perkataan
yang benar.
- Perbuatan
yang benar.
- Penghidupan
yang benar.
- Usaha
yang benar.
- Perhatian
yang benar.
- Bersemedi
yang benar.
Karena munculnya
berbagai penafsiran dari ajaran
Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
- Buddha
Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya
sendiri.
- Buddha
Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama
dan
saling membantu.
Pemeluk Buddha juga
memiliki tempat-tempat yang
dianggap suci dan keramat yaitu:
- Kapilawastu,
yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
- Bodh
Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
- Sarnath/
Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama
kali.
- Kusinagara,
yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
II.
Proses
Masuk dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha
Pada
permulaan tarikh masehi, di
Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap
sudah
tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi
dan
perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung
melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang
dilewati
India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi
silang
dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
- Sering
dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan
Persia,
- Kesempatan
melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh
asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan
bangsa Indonesia dalam
kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya
percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan
pengaruh
kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
hipotesis yang
dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke
Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini
mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan
dari
penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara
keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria,
peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan
oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering
terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang
kalah
atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya,
diantara
mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang
kemudian
berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di
tempat itu
pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch
adalah
salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung
hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari
kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke
Nusantara.
Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya.
Jalinan
hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran
budaya
Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber
mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan
India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga
golongan
sudralah yang memberi andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
0 komentar:
Posting Komentar